Medan | Indonesia Berkibar News - Bank Indonesia menyebut inflasi Sumatera Utara meningkat hingga akhir tahun 2022, namun kembali menurun pada 2023.
Hal ini disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Utara (KPw BI Sumut ) Doddy Zulverdi, Kamis (29/12/2022).
“Kondisi pandemi yang lebih baik dari tahun sebelumnya mendorong kenaikan permintaan pada tahun 2022,” papar Doddy Zulverdi.
Berlanjutnya disrupsi rantai pasokan juga mendorong kenaikan harga energi yang disertai adanya kenaikan harga BBM bersubsidi di level domestik. Sementara, laju inflasi pada tahun 2023 diprakirakan lebih rendah didukung perbaikan rantai pasokan global dan perbaikan produksi bahan pangan di tengah mulai terbatasnya dampak kenaikan harga BBM bersubsidi di awal tahun 2023, harap Doddy Zulverdi.
"Inflasi di Sumut naik pada Desember 2022 ini lantaran adanya peningkatan harga yang masih terhitung normal, dan inflasi pun terkendali karena didukung oleh langkah-langkah yang dilakukan Bank Indonesia," tegas Doddy Zulverdi.
BI memprediksi inflasi di Sumut menurun di tahun depan karena dukungan proyeksi harga-harga komoditas Dunia, ternasuk harga migas yang tidak setinggi tahun 2022 ini.Dukungan dari dampak kebijakan stabilisasi BI melalui suku bunga, gerakan nasional pengendalian pangan, dan sebagainya akan berkontribusi dalam menurunkan inflasi di Sumut kembali ke targetnya, ungkap Doddy Zulverdi.
Doddy juga menyebut perekonomian Sumatera Utara pada 2022 tumbuh lebih tinggi dari tahun 2021 dengan rentang proyeksi 4,1%-4,9% (yoy).“Kian pulihnya mobilitas dan membaiknya daya beli akan mendorong konsumsi masyarakat,” harap Doddy Zulverdi.
Sedangkan tingginya harga komoditas utama pada semesteri pertama serta berlanjutnya program PEN juga diprakirakan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 2022 lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
“Namun demikian, terus berlanjutnya konflik geopolitik yang berisiko melanjutkan gangguan rantai pasok dan permintaan dari negara mitra dagang serta perkembangan ekonomi global yang diwarnai inflasi yang tinggi menjadi risiko yang dapat menahan pertumbuhan lebih lanjut,”ujar Doddy Zulverdi.
Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada tahun 2023 diperkirakan tertahan meski masih kuat yakni berkisar 3,9% s.d 4,7% (yoy). Dari sisi pengeluaran, sumber perlambatan diperkirakan berasal dari kinerja net ekspor sebagai akibat dari perlambatan ekonomi dunia.
Menurutnya, hal ini diperkirakan akan berimbas terhadap pendapatan masyarakat dan lebih rendahnya konsumsi rumah tangga di tengah masih adanya risiko tekanan geopolitik yang berpotensi mendorong stagflasi, bahkan reflasi.
Konsumsi pemerintah diprakirakan tetap tumbuh positif seiring dengan dukungan fiskal terkait optimalisasi anggaran belanja dari pengendalian inflasi dan pembangunan infrastruktur strategis Nasional.
Dari sisi lapangan usaha, seluruh sektor utama tetap menunjukkan pertumbuhan positif meski berpotensi tertahan. Relatif menurunnya harga jual TBS berisiko menahan kinerja Lapangan Usaha (LU) Pertanian.Meskipun demikian, kondisi pandemi domestik yang membaik turut menjaga tetap solidnya permintaan domestik dan berdampak positif terhadap aktivitas industri.
"Hal itu turut didukung dengan akselerasi penyelesaian proyek infrastruktur, termasuk fasilitas pendukung pariwisata yang diprakirakan dapat mendorong LU Konstruksi," harap Doddy Zulverdi (torong)
Posting Komentar